Sebagai orangtua, kita punya kebiasaan mengajak anak tersenyum dan mengharapkan respon yang serupa dari anak. Mengajak anak tersenyum merupakan hal baik dan sangat penting untuk perkembangannya. Dari senyuman, bayi akan belajar untuk menjalin hubungan yang hangat, penuh kasih, dan responsif. Dari senyuman juga, bayi akan belajar mengenai cara berpikir, berkomunikasi, dan menunjukkan emosinya. Memberikan dan menerima senyuman merupakan langkah awal bagi bayi untuk belajar bagaimana bersosialisasi dan memiliki hubungan yang baik, disaat kemampuan bahasa verbalnya belum berkembang.
Bagi orangtua yang hendak meningkatkan keterikatan dan kelekatan dengan bayi, senyuman merupakan cara yang paling mudah untuk dilakukan, namun memiliki dampak yang besar. Senyuman dari orangtua akan membantu anak merasa aman dan nyaman. Senyuman yang diberikan orangtua juga bisa membantu anak mempersepsikan lingkungannya, seolah menjelaskan bahwa lingkungannya merupakan area yang aman, ada banyak orang yang menyayanginya, dan merespon kebutuhannya.
Bagi bayi, senyuman merupakan cara pertama yang dilakukan untuk berhubungan dengan orangtua maupun pengasuhnya. Ketika orangtua dan bayi saling melemparkan senyum, akan muncul senyawa kimia di dalam tubuh dan akan membuat keduanya saling merasa senang, aman, dan nyaman. Sebaliknya, jika bayi merasa stress dan tertekan, maka hormone stresnya pun akan meningkat. Senyawa kimia yang muncul akan berhubungan dengan sistem saraf pada bayi dan akan berpengaruh pada tumbuh kembang otaknya. Hormon stress yang tinggi akan mengganggu proses belajar bayi dan berdampak pada seluruh perkembangan maupun kesejahteraannya.
Orangtua perlu ingat, bahwa tidak ada senyuman yang sia-sia. Semakin sering kita mengajak bayi kita tersenyum, maka semakin baik. Setiap senyuman yang ditunjukkan bayi memiliki isyarat bahwa ia merasa dicintai dan merasa bahagia.
Penulis: Listiyani Wahyuningsih, M.Psi., Psikolog