Kontrol diri adalah kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri yang meliputi emosi dan perilakunya, terlebih saat berada dalam situasi sulit. Anak yang memiliki kontrol diri mampu menyalurkan dan mengatasi emosi yang dirasakan secara tepat. Kontrol diri melibatkan kemampuan berpikir, dimana seseorang harus membuat keputusan dan penilaian mengenai penyaluran impuls dari dalam dirinya. Penanaman kontrol diri bisa dimulai sejak anak lahir hingga ia tumbuh dewasa. Kontrol diri adalah salah satu kemampuan yang krusial diperlukan anak untuk mencapai kesejahteraan dan keberhasilan dalam hidup. Dengan kontrol diri, anak mampu bekerja sama dengan orang lain, mampu mengatasi frustrasi yang dirasakan, dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Penguasaan kontrol diri sangat memerlukan pendampingan dan arahan dari orang tua/pengasuh anak.
Pada saat baru lahir, anak belum memiliki kontrol diri. Mereka akan bertindak berdasarkan pikiran dan perasaannya tanpa memiliki kemampuan untuk menahan atau memberhentikan secara sengaja. Orang tua yang peka dan responsif akan membantu anak untuk belajar mengatur perilaku dan tindakannya. Anak mulai mampu menunjukkan kontrol diri di usia 3,5 – 4 tahun dan di usia itu pun anak masih membutuhkan bantuan dari orang lain untuk mengatur emosi dan dorongan dari dalam dirinya. Area otak yang berperan untuk mengontrol emosi dan dorongan dari dalam diri belum berkembang sepenuhnya pada anak usia dibawah 3 tahun. Oleh karena itu, anak usia dibawah tiga tahun (toddler) pada umumnya masih menampilkan perilaku impulsif (spontan).
Ada beberapa hal yang bisa orang tua lakukan untuk menanamkan kontrol diri pada anak, diantaranya adalah orang tua melatih anak menenangkan diri saat mereka frustrasi. Orang tua bisa memberikan contoh dengan menunjukkan sikap tetap tenang meskipun berhadapan dengan stressor atau pemicu emosi tertentu. Saat anak sudah mulai masuk usia toddler, orang tua bisa mulai memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih. Kesempatan ini bisa menumbuhkan keyakinan pada anak bahwa mereka dipercaya untuk membuat pilihan namun tetap dalam kontrol orang tua. Labelling dan pengenalan jenis-jenis emosi juga bisa diberikan kepada anak agar mereka mampu mengenali emosi yang dirasakan dan bisa mengatur penyaluran ekspresi emosi tersebut. Orang tua juga bisa mengajarkan kontrol diri melalui proses menunggu. Dengan menunggu, anak dilatih untuk menyadari bahwa orang lain juga memiliki kepentingan dan ia harus menghargai hal tersebut. Orang tua juga bisa mengenalkan anak mengenai aktivitas yang bisa dilakukan selama menunggu. Saat anak sudah mulai mampu memahami kalimat yang diucapkan, orang tua bisa menjelaskan perilaku yang diharapkan dalam kalimat yang jelas dan singkat. Pengenalan aturan dan adanya reminder akan memudahkan anak untuk mengarahkan perilaku sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan oleh orang tua. Konsistensi penerapan aturan menjadi kunci keberhasilan penanaman kontrol diri pada anak. Orang tua juga bisa membantu anak menguasai kontrol diri dengan menyusun rutinitas yang teratur agar anak mampu menyesuaikan perilakunya dengan aturan yang telah diberikan orang tua.
Selamat mencoba dan berproses Ayah Bunda hebat!
Penulis : Listiyani Wahyuningsih, M.Psi., Psikolog
Picture: <a href=’https://www.freepik.com/photos/people’>People photo created by jcomp – www.freepik.com</a>