3 Kalimat yang Dapat Memberikan Dampak Negative bagi Anak

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail

Anak adalah harapan keluarga, karena anak mempunyai banyak arti dan fungsi bagi keluarga. Oleh karena itu, pola tingkah laku anak ditentukan oleh bagaimana cara orangtua mengasuhnya. Perkembangan anak pada tahap awal kehidupan merupakan masa kritis, sehingga peran pengasuhan sebagai sarana perkembangan fisik, psikis, dan intelektual anak sangat penting dalam potensi anak. Cara mengajarkan anak yang kurang tepat, bisa membawa dampak signifikan bagi perkembangan ataupun perilaku anak di masa yang akan datang. Sehingga perilaku tersebut dapat merugikan dirinya sendiri ataupun orang sekitar. Berikut adalah 3 kalimat yang sebaiknya Ayah Bunda hindari untuk diucapkan kepada si kecil:

1. Kamu Anak Nakal

Tak dapat dipungkiri bahwa ada kalanya perilaku anak sulit dikendalikan atau bahkan melawan nasihat yang Ayah Bunda berikan. Pada saat seperti itu, mungkin kemarahan Ayah Bunda bisa sangat meluap dan akhirnya mengatakan bahwa si kecil adalah anak yang nakal.

Taukah Ayah Bunda bahwa kalimat tersebut berbahaya bagi anak? Mengapa? karena justru isi kalimat tersebut akan tertanam dalam diri anak, yakni bahwa ia adalah seorang anak yang nakal. Maka resikonya anak akan tumbuh dalam perilaku yang tak baik dan punya kecenderungan lebih besar untuk depresi atau cemas. Kalimat “kamu anak nakal”, lebih baik diganti dengan  mengatakan bahwa tindakan yang ia lakukan bisa membawa kerugian tertentu dan terangkan pula apa yang baik untuk dilakukan.

2. Kalau, Tidak

Kalimat dengan penghubung seperti itu merupakan salah satu bentuk ancaman bagi anak. Contohnya, “Berhenti makan permen itu, kalau tidak nanti kamu ditinggal sendirian ya”. Ancaman bukanlah cara tepat untuk mendidik anak dan bisa membuatnya jadi tak rasional dalam berpikir.

Sama seperti sebelumnya, alternatif yang bisa Ayah Bunda pilih adalah menerangkan kepada anak efek buruk apa yang bisa didapatnya bila ia terus melakukan hal yang tak baik tersebut. Berilah pejelasan hubungan sebab-akibat yang masuk akal, agar anak pun bisa terlatih berpikir logis. Misalnya ketika anak makan sambil lompat-lompat, jelaskan padanya bahwa hal tersebut bisa membuat perutnya sakit atau tersedak.

3. Kok Kamu Tidak Bisa seperti Kakakmu yaa?

Membandingkan anak dengan saudara atau temannya bisa membawa pengaruh buruk bagi perkembangan psikis anak, karena ini bisa berujung pada kondisi psikis yang selalu merasa tidak percaya diri. Akan lebih baik jika Ayah Bunda mengajarkan anak untuk saling bekerjasama dengan saudara atau teman-temannya dan mengajarkannya Ananda untuk menghargai kelebihan masing-masing serta bagaimana kelebihan itu bisa secara positif berguna untuk kebaikan bersama.

Orangtua harus bisa mengontrol kondisi pertumbuhan anak meski tidak secara langsung terlibat dalam pengasuhan setiap hari. Memberikan kepercayaan kepada pengasuh, bukan berarti lepas tanggung jawab secara keseluruhan yaa Ayah Bunda…. Namun Bagaimanapun juga faktor genetik dalam tubuh anak harus diseimbangkan dengan eksperimental dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kepribadian yang tepatpun akan muncul pada diri anak.

Penulis: Qonita Aulia Annisa, S.Psi

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail