Orangtua sering mempertanyakan bagaimana cara mendidik anak agar disiplin? Banyak yang bertanya, apa disiplin harus menggunakan hadiah dan bujuk rayu? Banyak juga yang bertanya, apakah kekerasan satu-satunya cara untuk membentuk disiplin anak? Ternyata mendispilinkan anak tidak harus selalu menggunakan kekerasan atau bujuk rayu yang maut. Berikut 5 langkah untuk mendisiplinkan anak dengan meminimalisir penggunaan kekerasan dan bujuk rayu.
1. Komitmen
Semua orangtua sudah memahami bahwa pembentukan disiplin adalah sebuah perjuang. Komitmen MEMULAI dan MENYELESAIKAN perjuangan tersebut sebaiknya disiapkan sebelum memulai proses latihan dan dijaga selama proses berjalan.
2. Realistis
Tetapkan perilaku disiplin yang diharapkan secara realistis seusai dengan usia, kemampuan dan kepribadian anak.
3. Observasi
Amati kondisi anak sebelum proses latihan dimulai dan saat latihan berjalan. Temukan apa yang memotivasinya untuk berhasil membentuk dirinya menjadi individu yang disiplin. Temukan respond seperti apa yang paling ia nanti dari anda. Pahami apa yang ia sukai dari proses latihan yang berjalan.
4. Konsekuen
Melatih disiplin sama dengan melatih anak untuk memiliki kontrol atas hidupnya dan masa depannya. Dalam hidup konsekuensi selalu hadir setelah seseorang memilih melakukan / tidak melakukan sesuatu. Maka demikian pula ketika proses latihan dispilin berlangsung. Kenali anak bahwa tidak ada hukuman / hadiah saat anak menampilkan atau tidak menampilkan perilaku yang diharapkan. Namun akan selalu ada konsekuensi. Biarkan anak memilih konsekuensi mana yang ia senangi. Apakah anak menyenangi konsekuensi yang muncul setelah ia menampilkan perilaku yang diharapkan atau apakah anak tidak menyenangi konsekuensi yang muncul setelah ia tidak menampilkan perilaku yang diharapkan?
5. Logis
Latihan disiplin dimulai sejak anak berusia dini. Logika anak usia dini dan anak usia sekolah pasti berbeda. Cara berpikir orangtua diharapkan disesuaikan dengan cara berpikir anak sehingga segala sesuatu yang disampaikan orangtua terasa nyata, mendidika, dan logis bagi anak. Hindari kesan menakut-nakuti sesuatu yang tidak nyata misalnya “kalau bagun siang nanti dipatok ayam loh”.