Berhadapan dengan Tantrum Anak

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail

Tantrum adalah perilaku yang sangat umum terjadi pada anak usia 1-3 tahun. Tantrum muncul karena keterampilan sosial dan emosi anak baru berkembang di rentang usia ini. Jika orang dewasa bisa mengungkapkan emosi yang dirasakan melalui kata-kata, maka beda halnya dengan anak-anak. Kemampuan komunikasi dan penguasaan bahasa mereka belum memungkinkan untuk mampu mengungkapkan emosi yang dirasakan. Salah satu tujuan anak menampilkan perilaku tantrum adalah mereka akan melihat pengaruh dari perilaku mereka terhadap kondisi di sekitar dan respon orang-orang di dekatnya. Oleh karena itu, tantrum bisa dipersepsikan sebagai cara anak-anak untuk mengekspresikan emosi yang dirasakan dan mereka juga akan belajar untuk memahami apa yang akan berubah dari lingkungan akibat dari perilaku tantrum tersebut.

Tantrum bisa muncul karena ada pemicu, sehingga penting untuk orang tua memahami penyebab yang bisa memunculkan perilaku tantrum pada anak. Temperamen anak diprediksi berpengaruh terhadap kemunculan tantrum, dimana anak yang mudah marah cenderung lebih sering menampilkan perilaku tantrum. Stres, lapar, kelelahan, dan overstimulasi juga bisa mempersulit anak mengekspresikan dan mengatur emosi serta perasaannya, sehingga tampil dalam perilaku tantrum. Adanya situasi yang membuat anak kurang nyaman biasanya menyebabkan anak lebih rentan menampilkan perilaku tantrum. Selain itu, emosi yang kuat (misal : takut, malu, dan marah), juga bisa berperan dalam meningkatkan kemungkinan munculnya perilaku tantrum. Dengan mengetahui penyebab yang mungkin memunculkan perilaku tantrum, maka orang tua diharapkan bisa mengantisipasi intensitas dan frekuensi kemunculannya.

Perilaku tantrum ini akan semakin berkurang seiring dengan peningkatkan kemampuan komunikasi dan regulasi emosi. Orang tua memiliki peran dalam menanamkan kemampuan regulasi emosi dan perilaku yang baik pada anak. Orang tua bisa memulai dengan membicarakan ragam emosi dan mengidentifikasi penyebab kemunculan emosi tersebut. Dalam keseharian, orang tua juga bisa membiasakan anak mengungkapkan emosi yang dirasakan. Saat berhadapan dengan tantrum pada anak, ada beberapa tips yang bisa diterapkan oleh orang tua yaitu:

  1. Berusahalah untuk tetap tenang dalam menghadapi anak. Bila orang tua ikut marah, maka situasi akan semakin rumit. Saat berbicara, usahakan untuk tetap menggunakan volume yang normal, dengan harapan anak akan menurunkan volume bicaranya.
  2. Menerima emosi yang dirasakan anak. Lakukan hal ini dengan cara memvalidasi emosi yang ia rasakan. Jika tantrum masih berlanjut, maka kita perlu menunggu anak kita sampai ia lebih tenang. Kita perlu memberi sinyal pada anak bahwa kita berada di dekatnya. Saat anak sudah lebih tenang, kita bisa meminta anak untuk bercerita dengan bahasa yang jelas. Ajarkan juga bagaimana cara yang lebih baik untuk meminta sesuatu hal daripada dengan menampilkan perilaku tantrum.

Semoga informasi ini bermanfaat. Selamar berproses Ayah Bunda hebat!

Penulis: Listiyani Wahyuningsih, M.Psi., Psikolog

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail