Displin dengan cinta, cinta dengan disiplin

baby love

Semua orangtua mengharapkan anak yang mandiri dan disiplin. Banyak panduan cepat dan tips-tips melatih anak menjadi disiplin. Banyak yang berhasil namun juga banyak yang gagal. Mayoritas kegagalan disebabkan karena pemilihat cara pelatihan kedisiplinan kurang memperhatikan karakteristik anggota keluarga dan pola asuh yang terjadi dirumah.

Saat ini kita mengenal empat pendekatan pola asuh, yaitu authoritharian, autoritative, permissive, dan uninvolved parenting. Keempat pola asuh ini akan mengarah pada ke pendekatan disiplin berbeda-beda yang kelak akan menentukan jenis interaksi antara anak dan orangtua.
Disiplin sering kali diartikan sebagai kemampuan seseorang menjalankan peraturan yang telah ditetapkan.

Ada berbagai cara membentuk disiplin pada anak namun sebelum menentukan cara mana yang akan dipilih, ada baiknya kita memperhatikan beberapa hal berikut:

Perilaku disiplin yang hendak dibentuk

Tetapkan perilaku disiplin yang jelas dan kongkrit. Hindari target perilaku seperti “patuh aturan mama”. Sebaiknya diperjelas menjadi, “rutin bagun jam 7 pagi”.

Usia anak

Usia anak berkaitan dengan kemampuan anak dan jenis perilaku yang dapat ditampilkan anak. Perilaku mencuci piring bekas makan mungkin dapat diharapkan tampil pada anak usia 8 tahun tapi belum tentu dapat diterapkan pada anak usia 5 tahun terkait dengan kemampuan fisik motorik dan spasialnya.

Kepribadian anak

Setiap anak lahir dengan pembawaan yang unik. Yang bahkan terkadang berbeda dengan pembawaan orangtuanya. Hal ini yang membuat kita sebaiknya mengenali pembawaan anak kita sebelum kita memilih pendekatan disiplin yang akan digunakan.

Kemampuan anak
Dua anak diusia yang sama mungkin memiliki kemampuan yang berbeda. Kemampuan tiap anak terkait dengan kondisi individual anak dan stimulasi yang diperolehnya dari lingkungan. Kemampuan ini juga akan mempengaruhi jenis perilaku apa yang sudah dapat / belum dapat diharapkan muncul pada anak.

Karakteristik orangtua

Orangtua yang terdiri dari ayah dan ibu merupakan gabungan dari dua individu yang terkadang berbeda karakter. Ayah yang lembut dan ibu yang tegas atau sebaliknya. Jika ada kombinasi seperti demikian, maka sebaiknya diskusikan dulu bagaimana gambaran dan harapan kedisiplinan yang orangtua harapkan muncul pada anak dan bagaimana cara pelatihan yang sesuai dengan karakteristik keduanya.

Setelah mendalami hal-hal yang menjadi dasar pemilihan pendekatan latihan disiplin, selanjutnya kita bisa mengenal beberapa pendekatan disiplin yang sering digunakan, yaitu :

Pendekatan autoritative

Pendekatan ini sering kali diibaratkan dengan pendekatan disiplin ala militer. Daftar peraturan yang panjang, penerapan yang tegas, hukuman untuk tiap pelanggaran, dan minimalnya apresiasi atas keberhasilan pencapaian, seringkali menjadi karakteristik dari pendekatan ini.
Pendekatan ini sering kali dipilih karena adanya asumsi bahwa pendekatan ini akan cepat memunculkan perilaku yang diharapkan. Untuk beberapa perilaku, asumsi tersebut terbukti benar. Namun perilaku yang muncul dari latihan disiplin dengan pendekatan autoritative sekali kali tidak bertahan lama dan tidak tergeneralisasi di berbagai situasi.

Pendekatan inisiatif

Inisiatif adalah keinginan yang muncul dari dalam diri seseorang. Keinginan ini muncul secara otomatis dan tidak dipengaruhi hal-hal external seperti kehadiran seseorang atau kehadiran hukuman/hadiah. Pendekatan ini seringkali ditandai dengan kebebasan berprilaku dan menekankan pada konsekuensi.

Pendekatan ini sering dipilih karena diyakini akan membentuk pola disiplin yang berakar kokoh di diri anak dan tergeneralisasi diberbagai situasi. Namun sayangnya, pembentukan perilaku disiplin dengan pendekatan ini memerlukan waktu yang lama.

Pendekatan modeling

Modeling dalam bahasa Indonesia diartikan dengan meniru. Pelatihan disiplin dengan pendekatan modeling memerlukan minimal dua model disiplin. Bagi anak, model disiplin yang paling ideal adalah ibu dan ayah. Melatih disiplin dengan pendekatan ini dilakukan dengan cara menampilkan perilaku disiplin yang diharapkan secara konsisten dan secara berulang mengajak (prompt) anak untuk melakukan perilaku yang sama bersama-sama.

Pendekatan ini dapat digunakan untuk membentuk hampir semua perilaku disiplin, baik yang terkait dengan aturan sosial, kegiatan ibadah keagaaman, atau kegiatan belajar.
Pelatihan disiplin dengan pendekatan ini diperdiksi akan membentuk perilaku disiplin yang kokoh dan tergeneralisasi diberbagai situasi. Proses pelatihan disiplin dengan pendekatan ini juga dapat mempererat hubungan orangtua dan anak karena proses yang menarik dan tidak melibatkan hukuman atau hadiah yang berlebih. Waktu yang dibutuhkan untuk membentuk sebuah perilaku dengan pendekatan ini relatif lebih singkat daripada dengan penerapan pendekatan inisiatif walaupun memang relatif lebih lama daripada dengan penerapan pendekatan autoritative.

Selamat berlatih, Mom & Dad. Selalu yakin bahwa kesuksesan berawal dari disiplin diri. 😉