Sebagian besar orangtua berusaha keras untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anaknya. Kerap kali hal tersebuat orangtua saling berlomba-lomba untuk memberikan pelajaran akademik kepada anak sedini mungkin agar anak terlihat cerdas. Akhir pekan yang semula berfungsi sebagai hari dimana anak bisa bersantai, menjadi hari sibuk dengan mengikuti berbagai les. Sebagai orangtua, memang terasa nyaman dan bangga bila anak memberikan tanda-tanda kemajuan yang tampak jelas seperti saat anak memenangkan lomba matematika, mampu tampil di panggung dan bisa menguasai beberapa bahasa asing. Kemajuan yang anak tunjukkan tersebut membuat orangtua merasa bahwa dengan menguasai keterampilan tersebut anak akan lebih mudah sukses di masa depannya. Namun apakah hal tersebut benar sepenuhnya ?
Di Denmark, tidak ada penekanan untuk pendidikan atau aktivitas olahraga tertentu tetapi lebih pada keseluruhan aspek. Orangtuadan guru juga menekankan fokus pada kemampuan bersosialisasi, harga diri, kepercayaan diri yang mengarahkan mereka untuk memiliki ketangguhan dan jalan yang tepat dalam menghadapi kesulitan hidup. Menurut mereka, seorang anak yang belajar menghadapi stres, lika-liku pertemanan dan realita kehidupan akan sangat berbeda dari anak yang hanya pintar secara akademik. Mereka juga menyatakan bahwa jika anak melakukan sesuatu hanya untuk mendapatkan pujian dan penghargaan dari orang lain, anak memiliki kesempatan yang kecil untuk mengembangkan dorongan pribadinya. Padahal anak secara mendasar membutuhkan ruang dan kepercayaan untuk melakukan banyak hal, yang dapat berguna saat menyelesaikan masalah mereka sendiri. Ketika anak sudah diberikan kepercayaan tersebut maka ia akan menemukan harga diri dan kekuatan yang berasal dari dalam dirinya sendiri, bukan orang lain.
Jika dipaparkan bersama teori psikologi, konsep pengasuhan anak di Denmark memiliki kesamaan dengan apa yang dikenalkan oleh Lev Vygotsky, seorang psikolog perkembangan dari Rusia yang pada intinya seorang anak memerlukan kesempatan untuk belajar dan tumbuh dalam zona dan bantuan orangtua yang cukup. Tidak berlebihan, tidak pula kurang. Dengan memberikan anak kesempatan untuk tumbuh sesuai dengan perkembangannya, kompetensi, kepercayaan diri dan kemampuan pengambilan keputusan dapat berkembang dengan baik hingga anak dewasa. Oleh karena itu, selalu membantu anak dalam melakukan tugasnya dan menghindari anak dari tantangan akan menunjukkan level kecemasan dan harga diri yang rendag di kemudian hari
Melihat sistem pendidikan dan gaya pengasuhan orang Denmark, tidak salah jika Denmark terpilih menjadi negara paling bahagia di dunia menurut World Happiness Report oleh PBB.
Penulis: Amelia Ajrina, S.Psi