Mengajarkan Anak Menghadapi Kegagalan

Tidak dapat dipungkiri, bahwa setiap orangtua tentunya ingin menyaksikan anak berhasil di lini kehidupannya, mulai dari aspek akademis dan non-akademis, hingga kehidupan sosialnya di lingkungan masyarakat. Harapan akan keberhasilan ini kerap menjadi bahan obrolan dan nasihat yang rutin disampaikan kepada anak agar kelak tumbuh menjadi orang yang sukses, orang yang pintar, orang yang berhasil, dan harapan lain sebagainya. Menceritakan keberhasilan orangtua di masa lalu atau keberhasilan orang lain diharapkan dapat menjadi inspirasi dan penyemangat bagi anak dalam menghadapi kehidupannya kelak. Namun apakah hal tersebut tepat? Sudahkah kita mengajak anak membicarakan hal sebaliknya? Membayangkan gagalnya langkah yang sudah direncanakan dan harapan yang diinginkan?

Mengharapkan segala konsep yang sifatnya positif dan menyenangkan tentu tidak masalah, namun dapat menjadi masalah jika hal ini tidak diimbangi dengan persiapan dini menghadapi situasi sebaliknya. Menanamkan konsep keberhasilan dan kesuksesan juga perlu diimbangi dengan persiapan menghadapi kegagalan, karena nyatanya peluang kegagalan selalu mengiringi setiap langkah menuju keberhasilan. Mempersiapkan dan mengajarkan cara menghadapi kegagalan dapat membantu anak untuk mengatasi rasa khawatir, takut ataupun cemas yang dapat hadir selama proses anak berusaha, membangkitkan sikap berani mencoba dan sikap gigih untuk berusaha, serta menghargai diri sendiri. Maka berikut tips yang dapat dilakukan orangtua untuk mengajarkan anak menghadapi kegagalan, yaitu:

  • Memberi pemahaman tentang kemungkinan gagal

Menjelaskan kepada anak tentang konsep berhasi-gagal, menang-kalah akan membantu anak mengantisipasi kemungkinan harapan dan rencana yang dibuatnya tidak berhasil sehingga anak bisa mempersiapkan diri / mengantisipasi secara emosional dan mental jika dirinya gagal atau kalah. Berikan pemahaman kepada anak bahwa gagal ataupun kalah adalah hal yang wajar dan setiap orang pasti pernah mengalaminya. Namun meskipun gagal adalah hal yang wajar dialami, tetap ada kesempatan untuk mencoba dan memperbaiki agar kedepannya dapat berhasil. Selain itu ajarkan anak cara menyikapi situasi keberhasilan dan kegagalan dengan cara yang efektif. Saat menghadapi keberhasilan, ajarkan anak bahwa ia dapat memberi apresiasi kepada dirinya seperti merayakan kemenangan namun tetap rendah hati, sportif dan tidak berlebihan. Sedangkan ketika anak gagal ajarkan bahwa ia boleh kecewa dan sedih namun tidak berlarut dan harus bangkit untuk kembali mencoba dan berusaha.

  • Memberi kesempatan kepada anak untuk merasakan kegagalan

Meskipun akan sulit melihat anak gagal atau kalah disaat ada kesempatan untuk membantu mereka agar berhasil, percayalah bahwa kesempatan anak untuk mengalami dan merasakan kegagalan akan menjadi pengalaman yang sangat berharga dan sarana belajar yang bermanfaat untuk diri anak kelak. Anak akan belajar bagaimana rasanya gagal, apa yang harus dilakukannya saat kegagalan terjadi dan bagaimana cara menghadapinya agar tidak kembali terjadi di kemudian hari. Sehingga nantinya anak akan belajar menemukan celahnya sendiri untuk menyelesaikan masalah, belajar mengembangkan ide kreatif, membangun kepercayaan diri bahwa ia mampu berusaha yang terbaik dan tentunya anak akan belajar menghargai proses serta jerih payah dalam mencapai harapan dan cita-citanya.

  • Menerima perasaan saat menghadapi kegagalan

Merasakan kekecewaan, sedih dan rasa ingin menyerah saat menghadapi kegagalan adalah hal yang wajar. Bila anak terlihat sedang merasakan emosi ini, maka hal pertama yang perlu dilakukan orangtua adalah bersikap empati dan menerima emosi yang dirasakan anak. Dibandingkan mengatakan, “nggak papa kok ka, nanti kakak bisa coba lagi” akan lebih bila orangtua menerima terlebih dahulu perasaan anak dengan mengatakan “Ayah bunda liat kakak kecewa sekali ya,  ayah bunda tahu kok kakak mau lakukan yang terbaik. Setelah kakak tenang, kakak boleh mencobanya lagi ya”. Cara ini akan membantu anak untuk belajar meregulasi emosi yang dirasakan dan menerima situasi yang sedang dihadapinya, sehingga anak akan lebih relaks dan kembali bersemangat.

  • Menjadi role model sikap daya juang secara konsisten

Orangtua adalah role model bagi anak, segala tingkah laku orangtua akan dicontoh oleh anak. Maka jika ingin anak memiliki sikap daya juang, berilah contoh yang konsisten kepada anak. Cara mudah yang dapat dilakukan adalah dengan sharing. Orangtua dapat menceritakan pengalaman gagal, kalah atau kesalahan yang pernah dilakukan beserta emosi yang dirasakan kepada anak. Lakukan sharing ini di waktu santai seperti saat sedang makan atau saat nonton televisi, “ayah buat kesalahan hari ini pas kerja, sedih banget karena kerjaan ayah hasilnya jadi kurang bagus. Tapi ayah udah nemuin salahnya dimana jadi ayah bisa perbaiki deh”. Kemudian jelaskan kepada anak apa yang orangtua pelajari dari situasi tersebut dan bagaimana cara/solusi menyelesaikannya. Selain sharing, orangtua juga dapat menampilkan langsung kesalahan didepan anak, seperti berpura-pura salah membetulkan rantai sepeda dan kemudian rusak namun tetap mencoba memperbaikinya hingga berhasil.  Dengan cara ini, anak akan belajar hal yang sama dan mengaplikasikan nasihat ataupun pemahaman yang sudah diajarkan orangtua sebelumnya. Anak akan belajar bahwa selalu ada kesempatan untuk mencoba, berlatih, dan berusaha.

  • Memberi apresiasi kepada anak

Memberi apresiasi terhadap apapun pencapaian anak akan membantunya untuk bangkit dan bersemangat kembali. Anak akan tampil lebih percaya diri dengan pencapaian yang diraihnya dan menghargai usaha yang sudah dilakukannya. Meskipun pencapaian anak belum sempurna sesuai yang diharapkan, tidak ada salahnya untuk mengapresiasi apa yang sudah diraihnya saat ini “kakak hebat sudah mau mencoba dan berusaha, ayah bunda bangga deh! Semangat terus ya ka latihannya nanti coba ikut lomba berikutnya ya”

Penulis: Fakhrani Isti Irsalina, S.Psi