Mengarjakan Anak untuk Terbiasa dengan Perbedaan

diversity-.png

Dunia ini terdiri dari manusia dengan berbagai macam suku, ras, agama dan pemikiran-pemikirannya. Sejak kecil anak mungkin tidak terlalu terpapar dengan banyak perbedaan tersebut karena dianggap masih terlalu dini atau merasa belum saatnya untuk mengenali perbedaan. Padahal kita berada di Indonesia yang sejak dulu sudah memiliki beragam kebudayaan yang tentu dapat dimanfaatkan untuk belajar memahami perbedaan sehingga anak memiliki kemampuan berempati dan toleransi dengan orang lain agar ia mampu berpikir kritis serta menyaring segala informasi dan isu-isu beredar yang ada di kemudian hari. Adapun beberapa cara sederhana yang dapat diterapkan orangtua, yaitu:

1. Berinteraksi dengan teman yang memiliki latar belakang berbeda

Sebagai orangtua kita tidak bisa selalu memilih  siapa yang akan menjadi teman anak tetapi kita dapat membantunya mengajarkan untuk bermain dengan teman dari latar belakang yang beragam tanpa membeda-bedakan. Untuk permulaan anak dapat bermain dengan teman yang berbeda lawan jenis kemudian dapat meningkat dengan teman yang memiliki latar belakang tertentu seperti agama, ras, dsb.

2. Pergi ke banyak tempat

Saat berlibur, mengajak anak ke tempat-tempat baru adalah pilihan yang tepat. Pengalaman langsung di tempat baru akan sangat membantu anak-anak memahami budaya yang berbeda. Mereka akan mengenal bahasa baru, melihat cara orang lain berpakaian, dan mendapatkan kesempatan untuk melihat bagaimana kebudayaan dari tempat lain. Selain itu orangtua bisa meminta mereka untuk mengidentifikasi tempat yang sudah dikunjungi di peta untuk meningkatkan keterampilan geografinya

3. Membacakan buku cerita mengenai perbedaan

Selain menonton film, membaca buku cerita anak tentang budaya dan perbedaan juga tidak kalah menarik. Ada banyak buku anak-anak yang mengajarkan tentang berbagai budaya, pendapat, agama, gaya hidup yang berbeda. Karena buku akan sering dibaca berulang-ulang, pesan yang akan anak pegang akan tertanam dalam pikiran mereka. Nilai-nilai ini dapat melekat saat mereka tumbuh dewasa untuk bisa menghargai keragaman yang ada

4. Melibatkan anak dalam kegiatan sosial

Siapa bilang kegiatan sosial itu hanya untuk orang dewasa? Anak-anak juga perlu lho diajarkan dan dilibatkan sendiri mungkin. Orangtua dapat melibatkan anak dalam acara bakti sosial di panti asuhan atau kegiatan dengan orang-orang yang membutuhkan seperti mengajak anak memilih pakaian yang tidak terpakai untuk disumbangkan atau menjadi asisten orangtua dalam kegiatan sosial. Dengan adanya perbedaan latar belakang dan keadaan, disini anak dapat belajar bagaimana harus berbuat baik terhadap sesama, saling menghormati dan berbagi.

Semoga artikel ini bermanfaat. Happy parenting 🙂

(Penulis: Amelia Ajrina, S.Psi)