Jangan disepelekan, Membangun Self-esteem Anak itu Penting, Lho!

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail

Semua orangtua akan memberikan apapun yang terbaik untuk anak agar ia dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Meskipun berniat baik, masih ada orangtua yang secara tidak sadar telah melakukan sesuatu yang justru dapat menghambat perkembangan anak seperti terlalu membatasi ruang anak dan tidak memberikan hak-hak yang sepantasnya anak rasakan. Tentu, hal tersebut dapat berhubungan dengan harga diri anak hingga ia beranjak dewasa nanti.

Self-esteem atau harga diri adalah pandangan keseluruhan seseorang tentang dirinya sendiri dan bagaimana orang lain memandang serta memberikan opini tentang dirinya. Self-esteem perlu dipupuk sejak dini agar dirinya tumbuh memiliki kepribadian yang sehat di masa depan. Self-esteem yang kuat akan membantu anak untuk mudah berinteraksi dengan orang lain, mampu bangkit dari kegagalan dan memandang hidup secara positif. Sedangkan anak dengan self-esteem yang rendah akan membuat anak menjadi tidak puas dengan dirinya, ingin menjadi orang lain, pesimis, sulit menerima kegagalan atau kritik dan memandang hidup secara negatif. Oleh karena pentingnya membangun self-esteem sejak dini, perlu bagi orangtua untuk memperhatikan hal-hal berikut ini:

Stop memberi label pada anak

Ketika anak berbuat salah, tidak sedikit orangtua yang menyebut anak dengan sebutan “Anak nakal” atau mengucapkan kalimat: “Anak payah, berhitung saja kamu tidak bisa”.  Padahal kemungkin anak hanya melakukan kesalahan yang sedikit. Faktanya, semakin sering orangtua memanggil anak dengan sebutan tersebut  semakin kuat pula anak berpikir dan menilai bahwa yang dikatakan orangtuanya itu benar. Dengan kata lain anak akan berperilaku sesuai dengan sebutan yang diucapkan orangtua. Hal ini lah yang juga akan terulang di otak sehingga anak menerimanya. Ia menjadi tidak yakin dengan dirinya sendiri dan tidak semangat dalam menghadapi tantangan dalam kesehariannya.

Oleh karena itu, gunakanlah kalimat positif yang dapat mendukung anak, contoh: “Kakak tidak bisa membuat gambar rumah ya? Tidak apa-apa nanti kita latihan bersama ya, kamu pasti bisa.” Jika dikatakan dengan kalimat positif anak akan mengerti bahwa orangtua mengerti perasaannya dan besar kemungkinannya bagi anak untuk memperbaiki hal yang ia lakukan menjadi lebih baik.

Merasa kecewa dengan perilaku anak merupakan hal yang wajar namun apabila dilakukan dengan cara memanggil anak dengan sebutan negatif terus dianggap wajar serta tidak disampaikan dengan cara yang baik maka akan menimbulkan kondisi psikologis yang negatif pada anak dan orangtua.

Luangkan waktu untuk anak dan ciptakan suasana yang nyaman

Sesibuk apapun orangtua karena pekerjaan, luangkanlah waktu dengan anak. Saling bercerita tentang kegiatan masing-masing dan memberikan masukan positif dapat membangkitkan self-esteem anak. Ia akan merasa orangtuanya ada untuknya. Disini orangtua juga dapat menunjukkan perannya sebagai role model yang patut dicontoh dengan memperlihatkan bahwa orangtua telah menjadi pasangan yang mampu menghadapi semua tantangan hidup dengan baik, karena anak akan belajar dengan melihat orangtuanya, bukan dengan hanya mendengar apa yang orangtua katakan.

Tidak memarahi anak ketika gagal

Ketika orangtua memberikan reaksi marah yang berlebihan saat anak tidak berhasil melakukan sesuatu disitu juga anak akan merasa takut untuk mencoba hal baru di masa depan. Kegagalan anak seharusnya dijadikan orangtua untuk memberikan pelajaran berharga bagi anak agar ia mampu melewati berbagai kesulitan yang akan ia hadapi nantinya. Jika orangtua hanya bisa menuntut dan marah jika hasilnya tidak memuaskan, bagaimana anak menjadi pribadi yang jujur dan percaya diri? Justru ia akan menjadi anak yang penakut dan menyelesaikan masalah dengan cara-cara cepat yang belum tentu tepat. Bimbinglah anak secara perlahan, dengarkan apa yang menjadi kesulitannya agar ia mampu bangkit kembali.

Membedakan anak dengan yang lain? It’s a big NO!

Merasa anak tetangga sudah lebih hebat dari anak sendiri? Mulailah untuk fokus pada apa yang dibutuhkan anak, bukan dengan membandingkannya dan berkata “Lihat deh, Kayra saja nilai matematikanya bagus, masa kamu tidak sih kak?”. Meskipun maksud orangtua ingin anak melakukan hal yang sama baiknya, namun kalimat membandingkan ini akan menyakiti hati anak dan membuatnya menjadi tidak berharga atau minder. Ingat, setiap anak memiliki masa kesiapannya masing-masing yang tidak bisa disamakan.

Tidak memanjakan anak secara berlebihan

Sebagai orangtua, ingin rasanya memberikan segalanya untuk anak. Namun ketika arahnya sudah berlebihan akan menjadi tidak baik juga untuk anak. Orangtua yang tidak membiarkan anak melakukan sesuatu yang bisa ia kerjakan sendiri akan membuat anak tidak mengerti sebuah proses. Orangtua cukup memberikan arahan yang jelas, biarkan anak mengikuti dan menyelesaikannya sampai selesai. Aktivitas seperti ini bisa dimulai dengan melibatkan anak dalam pekerjaan rumah tangga atau menyelesaikan permainan edukatif. Ketika anak berhasil melakukannya, ia akan merasa mampu dan yakin terhadap dirinya sendiri.

 

“A child’s bucket of self-esteem must be filled so high that the rest of the world can’t poke enough holes to drain it dry” – Alvin Price

 

Penulis: Amelia Ajrina, S.Psi

Facebooktwitterredditpinterestlinkedinmail